Jumat, 22 Mei 2009

Telinga Panjang, Tradisi Suku Dayak

Tradisi telinga panjang dimiliki oleh suku dayak di Kalimantan, yang unik dan khas ini. Itu pun tidak semua suku Dayak tapi hanya subsuku tertentu saja.

Meski menjadi salah satu ciri khas suku Dayak di Kalimantan, namun tradisi ini justru semakin ditinggalkan. Kalaupun ada yang bertahan, hanya sebagian kecil golongan generasi tua Dayak yang berumur di atas 60 tahun.

Selain jumlahnya sangat sedikit, mereka yang asalnya bertelinga panjang secara sengaja memotong daun telinga mereka. Alasan yang sering dikemukakan, takut dianggap ketinggalan zaman atau khawatir anak-anak mereka merasa malu.

Menurut antropolog Mering Ngo, yang juga berasal dari suku dayak jika tato tradisional Dayak kini berkembang menjadi seni tato modern, tradisi telinga panjang justru semakin tenggelam dan ditinggalkan. Tidak ada generasi muda yang mau meneruskan tradisi ini, bahkan di pedalaman Kalimantan sekalipun, dengan beragam alasan.

Di Kalimantan Barat, misalnya, tradisi telinga panjang, hanya dikenal antara lain di kalangan masyarakat dayak Iban, Kayan, Taman, dan Dayak Punan.

Tradisi ini pun kebanyakan hanya berlaku di daerah pedalaman seperti di kabupaten Kapuas Hulu.

Pembuatan telinga panjang biasanya dilakukan sejak masih bayi. Adapun tujuannya dikaitakan dengan penggolongan sastra sosial seseorang di masyarakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar